Waspada Demam Lassa yang Menular Lewat Kotoran Tikus

Ilustrasi tikus sebagai perantara virus Lassa. Credit: Freepik

Bagikan :


Demam Lassa merupakan salah satu penyakit yang perlu diwaspadai karena disebabkan oleh virus mematikan. Hingga saat ini di Indonesia belum ditemukan kasus demam Lassa, namun penyakit ini pernah mewabah di Nigeria pada tahun 2020. Seperti apa penyakit demam Lassa dan bagaimana penularannya? Simak dalam artikel berikut.

 

Apa Itu Penyakit Demam Lassa?

Demam Lassa adalah penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang penyebarannya dari hewan. Pada penyakit demam Lassa, penyakit ini disebarkan oleh tikus Mastomys yang terinfeksi virus Lassa. Tikus yang terinfeksi tidak sakit demam Lassa, namun dapat menularkan virus dari urine dan tinja mereka ke manusia.

Sebagian besar kasus infeksi virus Lassa tidak menimbulkan gejala, namun pada kasus yang parah infeksi virus ini dapat menyebabkan kematian. Tingkat kematian virus Lassa berada di angka 1% dari keseluruhan kasus. Virus ini dapat menginfeksi organ tubuh seperti hati, limpa, ginjal dan jaringan tubuh lainnya hingga sistem vaskular.

Baca Juga: Mencegah Demam Dengue Saat Sedang Berlibur

 

Gejala Demam Lassa

Sekitar 80% kasus demam Lassa tidak menunjukkan gejala. Beberapa kasus baru menunjukkan gejala ketika kondisinya sudah parah. Gejala demam Lassa juga sering dianggap mirip dengan gejala infeksi virus lainnya seperti penyakit virus Ebola, malaria, shigellosis, demam tifoid, dan demam kuning sehingga menyulitkan deteksi awal dan penanganan dini. 

Masa inkubasi demam Lassa berkisar antara 2–21 hari. Bila muncul gejala, penyakit ini dapat menunjukkan beberapa gejala seperti berikut: 

  • Demam
  • Badan terasa lemah
  • Malaise

Setelah beberapa hari, gejala dapat berkembang menjadi: 

  • Sakit kepala
  • Sakit tenggorokan
  • Nyeri otot
  • Nyeri dada
  • Mual
  • Muntah
  • Diare
  • Batuk 
  • Sakit perut

Pada kasus parah, kondisi ini dapat menyebabkan pembengkakan wajah, munculnya cairan di rongga paru-paru, dan pendarahan dari mulut, hidung, vagina atau saluran pencernaan, serta tekanan darah rendah. Kondisi ini juga dapat berkembang menjadi syok, kejang, disorientasi, dan koma.

Orang yang terinfeksi demam Lassa juga dapat mengalami kehilangan pendengaran atau tuli setelah sembuh. Pada separuh kasus, pasien yang kehilangan pendengaran dapat kembali normal setelah 1-3 bulan. Selama proses pemulihan, pasien juga dapat mengalami rambut rontok dan gangguan gaya berjalan.

Karena gejala demam Lassa sangat bervariasi dan tidak spesifik, diagnosis klinis seringkali sulit dilakukan, terutama pada awal perjalanan penyakit. Demam Lassa sulit dibedakan dengan demam akibat virus lainnya seperti penyakit virus Ebola, malaria, shigellosis, demam tifoid, dan demam kuning.

Baca Juga: Ini Cara Nyamuk Wolbachia Melawan Demam Berdarah

 

Penularan Demam Lassa

Virus Lassa dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan urine atau kotoran tikus Mastomys yang terinfeksi. Penularan antar manusia juga dapat terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi. Hal ini termasuk kontak seksual atau terpapar dengan kotoran, urine atau darah dari orang yang terinfeksi. 

Anda juga dapat terinfeksi virus Lassa melalui paparan terhadap luka atau luka terbuka yang menyebabkan infeksi. Penularan antar manusia juga dapat terjadi melalui alat medis yang terkontaminasi seperti penggunaan suntik bergantian.

 

Penanganan Demam Lassa

Hingga saat ini belum ada obat khusus untuk menangani demam Lassa. Dokter dapat memberikan obat antivirus ribavirin yang efektif untuk menekan perkembangan penyakit. Dokter juga akan merekomendasikan rawat inap di rumah sakit agar pasien mendapat penanganan yang tepat. Perawatan bertujuan untuk menghilangkan gejala, mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah risiko komplikasi.

Demam Lassa hingga saat ini belum dijumpai kasusnya di Indonesia namun penyakit ini perlu diwaspadai karena dapat bersifat mematikan. Jika memiliki pertanyaan seputar kesehatan, Anda dapat berkonsultasi ke dokter atau memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care. 

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Ratih AI Care
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Selasa, 30 April 2024 | 14:33

WHO. Lassa Fever. Available from: https://www.who.int/health-topics/lassa-fever#tab=tab_1

CDC. Lassa Fever. Available from: https://www.cdc.gov/vhf/lassa/index.html

https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/demam-lassa

Cleveland Clinic. Lassa Fever. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/25095-lassa-fever

Africa CDC. Lassa Fever. Available from: https://africacdc.org/disease/lassa-fever/#